Senin, 26 Mei 2008

Senjaku Lasak


Sejak pintar merayap maju, peri kecilku Senja makin lasak. Sebelumnya Senja cuma bisa merayap mundur. Kepintaran barunya tersebut bikin
mama, papa, dan kakeknya jadi kalang kabut, harus sering diawasi dan selaluuber-uberan dengan Senja. Kalau tidak, barang-barang di lemari,
kabel-kabel jadi sasaran si kecil lasak ini.
Kelasakan Senja mengingatkan saya pada Narcissus, ini nama botani untuk satu genus bawang yang selalunya tahan lasak dan berbunga cantik, dan biasanya berkuntum di musim bunga dalam famili Amaryllis
yang berasal dari Eropa, Afrika Utara, dan Asia. Bunga cantik Narcissus ini
biasanya berwarna putih atau kuning.
Karena bunga Narcissus itu juga saya jadi ingat kisah dari mitologi Yunani, Narcissus. Ia lahir setelah ibunya yang bernama Lirope, diperkosa oleh dewa sungai, Cephisus. Narcisus tumbuh menjadi pemuda yang sangat tampan.
Ia banyak dipuja gadis-gadis cantik. Narcissus sekaligus banyak membuat gadis-gadis itu patah hati dan kecewa. Narcissus tidak mencintai siapapun, selain dirinya sendiri.
Ketampanan Narcissus sampai-sampai membuat orang harus mempertanyakan umurnya kepada peramal Tiresias. “Apakah Narcissus akan berumur panjang?” tanya orang-orang itu. “Ya, dia dapat hidup lama, kecuali jika dia belajar mengetahui dirinya sendiri,” jawab Tiresias.
Suatu hari, ketika sangat haus seusai berburu, Narcissus berjongkok untuk minum di sebuah kolam. Saat hendak meraup air kolam ke mulutnya, suatu keinginan aneh masuk ke dalam dirinya melalui pantulan air jernih yang memperlihatkan wajahnya. Ia telah jatuh cinta kepada bayangannya sendiri.
Bibirnya bergerak untuk mencium bayangan bibirnya. Tangannya berupaya menjangkau bayangan dirinya, tapi semuanya sia-sia. Narcissus merasa cintanya tak kesampaian. Ia merana, sekaligus mulai mengenal dirinya sendiri.
“Kau adalah aku. Sekarang aku melihat itu, tapi sudah terlambat. Aku jatuh cinta kepada diriku sendiri. Aku adalah bunga yang terpotong. Semoga kematian cepat datang kepadaku,” keluh Narcissus. “Tapi orang yang aku cintai harus terus hidup. Dia harus hidup setelah aku mati.” Namun, Narcissus juga tahu kalau hal itu tidak mungkin.
Sebab, begitu ia mati, maka “orang” (bayangan dirinya) juga ikut mati.
Ketika Narcissus mati, ia berubah menjadi bunga. Bunga narcissus terkenal indah. Hingga kini, aroma bunga narcissus masih sangat menggoda.
Cerita Narcissus, sebenarnya ingin berbicara tentang empati. Empati berhubungan dengan rasa manusiawi terdalam dari manusia. Empati bertahta lebih tinggi dari rasa simpati. “A kind of sympathy, but stronger,” begitu Martin Gray menuliskannya dalam Dictionary of Literary Terms-nya. Rasa empati seorang tidak saja dapat jatuh kepada sesama manusia, tetapi bisa pula kepada makhluk lain atau benda. Kalau Narcissus mencintai diri sendiri, maka orang ber-empati (mengasihi) sesamanya atau sesuatu di luar dirinya.
Sayangnya, kata empati sangat langka digunakan di Indonesia. Mungkinkah karena empati juga jarang kita praktikkan? Apakah kita malah termasuk sibuk mencintai diri sendiri?
Karena cerita Narcissus yang mencintai dirinya sendiri tersebut juga akhirnya muncul kata NARSIS.Ada yang menganggap bahwa narsis itu menyebalkan, sangat tidak menyenangkan bersama seseorang yang narsis, apalagi sekelompok orang narsis, karena itu berarti banyak persaingan.
Tetapi, di kubu lain, narsis merupakan 'kewajiban' yang tidak perlu diperdebatkan sebagai sesuatu yang buruk. Ada salah tangkap dalam memahami istilah ini. Maka bagi yang berpandangan positif, narsis di sini sepertinya mengandung unsur kepercayaan diri, penghargaan diri.
Sementara pada pada lawannya, narsis mengacu pada kesombongan, yang sudah pasti membuat orang di sekelilingnya lari menjauh. Menarik untuk kita lihat pemahaman narsis ini lebih jauh, karena dalam psikologi klinis dikenal pula istilah Narcissistic Personality Disorder. Dalam bahasa umum, orang narsisistik adalah orang yang menjadikan dirinya pusat dari segalanya. The narcissist becomes his own world and believes the whole world is him (Theodore I. Rubin) Ia memiliki penilaian berlebih pada dirinya dalam skala ekstra besar, sehingga meresahkan, mengganggu kehidupan sosial sekelilingnya.
Namun, gejala narsis ini pun dapat berlaku di masyarakat luas. Agar tidak selalu menebak, ada baiknya kita menengok definisi teoritik dan studi empirik dalam psikologi. Narsisisme dalam Studi Psikologi Dimensi kepribadian narsistik berasal dari kriteria narsistik dalam gangguan kepribadian, namun bedanya narsisme ini ditujukan bagi individu 'normal' (masih dapat berfungsi secara normal) di masyarakat.
Narcissists characterized by a highly positive or inflated self-concept. Narcissists use a range of intrapersonal and interpersonal strategies for maintaining positive self-views.( Campbell, Rudich,& Sedikies , 2002). Kita melihat kata kunci dalam narsistik yaitu: konsep diri yang terlalu melambung.
Tujuannya untuk melanggengkan pandangan terhadap diri untuk selalu positif, maka karakter ini merupakan strategi untuk menjalin hubungan dengan orang lain (interpersonal). Strategi ini juga berlaku bagi seseorang dalam memandang dirinya (intrapersonal). Beberapa studi psikologi yang mengupas narsistik terkait dengan interaksi sosial sebagian besar menggambarkan hubungan yang tidak sehat dan distorted, corrupted karena karakter ini, di antaranya; fantasi tentang ketenaran atau kekuasaan (Raskin & Novacek, 1991 dalam Campbell, et al 2002).
Self-defeating behaviors Studi literature menunjukkan individu narsis memiliki perilaku seperti arogan, merendahkan orang lain, merespon ancaman ego dengan kekerasan dan agresivitas, menciptakan atribusi internal bagi kesuksesan (sukses karena kehebatan diri) dan sebaliknya atribusi eksternal ketika menghadapi kegagalan (gagal karena kesalahan lingkungan/pihak di luar diri sendiri), serta menilai masa depan secara berlebihan meski menghadapi kondisi yang tidak mendukung/kondusif.
Individu narsis juga tidak disukai oleh rekan sebaya/kelompoknya (meski biasanya telah menciptakan impresi diri positif) yang secara psikologis merasa dirugikan.
Narsisme dalam komunikasi sosial Penekanan pada narsisme ada pada sikap memandang positif termasuk menilai diri sendiri namun secara berlebihan. Sifat berlebihan ini yang menyeret diri hingga merusak ikatan sosial dan sikap pada masa depan terkait pada estimasi dan selanjutnya dalam perencanaan hidup.
Pada perkembangan lingkungan sosial yang dinamis, kadang kita sering mendengar istilah narsis yang agak bergeser dari makna sesungguhnya. Narsis dalam bahasa gaul, menunjuk pada gaya humor antar individu yang berfungsi untuk mendorong kepercayaan diri dan penilaian diri positif, baik pada si subjek atau lawan bicaranya. Gambaran individu narsis di atas bukan berarti susah dijumpai di lingkungan sosial kita.

Orang-orang ini lebih dikenal sebagai orang sombong, yang cenderung mementingkan dirinya sendiri, menyelamatkan dirinya sendiri, kurang peka bahkan tidak memedulikan orang lain. Sikapnya jauh dari menyenangkan bahkan bisa berbuat kekerasan (seperti kekerasan verbal) demi melindungi egonya yang dirasakan terancam. Mereka inilah yang
sesungguhnya menyandang gelar narsisme. Tetapi karakter narsisme tidak begitu saja terlihat dalam waktu singkat. Mungkin salah satu petunjuk kilatnya adalah, ketika menemukan orang yang dengan renyahnya meremehkan atau merendahkan orang lain guna meninggikan dirinya sendiri dalam percakapan. Tentu tidak sekedar dalam nuansa kalimat, tetapi juga dari sikap dan bahasa tubuhnya. Orang yang sensi dan gampang tersinggung kalau di kasih nasehat, apalagi di tegur. Ciri ini juga dikenal dalam teori outgroup-ingroup di mana salah satu cara untuk meninggikan kelompok adalah dengan merendahkan kelompok lain.
Pada kenyataannya, hal ini terkait pada self-esteem diri (kelompok) yang rendah sehingga sangat membutuhkan pihak lain untuk direndahkan/diinjak sehingga ia (kelompok) mendapatkan dampak perasaan lebih baik, lebih tinggi. Pertanyaan untuk pekerjaan rumah (PR) kita, apakah kita sering menemui orang seperti ini, atau kita lah yang insan narsis di lingkungan kita?
Saya berharap Peri Kecil tercinta saya Senja tidak menjadi Narsis, tetapi menjadi pribadi yang berempati, lasak, seindah serta seharum bunga Narcissus. Semoga nak...

Tidak ada komentar: